اَلْحَمْدُ ِللهِ ٱلَّذِيٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلۡهُدَىٰ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ لِيُظۡهِرَهُۥعَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدٗا ,اَشْهَدُ اَنْ لَآ اِلٰهِ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَآ شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَّنَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فقال الله تعالى فى القرٲن العظيم ٲعوذ بالله السميع العليم
من الشيطان الرجيم: إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِهِۦ صَفّٗا كَأَنَّهُم بُنۡيَٰنٞ مَّرۡصُوصٞ
Ikhwatu Ieman Rohimakumulloh,
Manusia adalah makhluk ijtimaiyah (sosial) yang memiliki naluri untuk berkumpul dan hidup bersama dengan komunitasnya. Dalam istilah modern, manusia memiliki kecenderungan untuk berorganisasi. Organisasi ini sering diartikan sekumpulan orang yang bersatu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga spektrum organisasi ini, ada yang skala kecil seperti perkumpulan maupun skala yang lebih luas lagi seperti negara. Tentang kecenderungan manusia untuk berkumpul, bersatu dan berorganisasi ini, dalam Alquran muncul istilah syu’ub (bangsa) dan qabaail (kabilah atau suku). Allah Swt berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujurat [49]13).
Supaya sitem perkumpulan atau organisasi itu terorganisasikan atau termanaj dengan baik, maka diperlukan yang namanya imamah dan imarah. Imamah dapat diartikan sistem kepemimpinan. Jadi dalam sebuah organisasi diperlukan sistem kepemimpinan yang solid dan efektif. Supaya tujuan dari organisasi itu dapat tercapai dengan menggerakkan orang dan sumber daya yang tersedia, maka di sinilah peran dan fungsi pemimpin. Karenanya seorang pemimpin itu selain adil dan amanah juga tentunya memiliki kualifikasi dan dipercaya dipercaya oleh umat.
Seperti halnya imam di dalam shalat misalnya. Untuk mengangkat imam dalam shalat dipersyaratkan beberapa kualifikasi, yaitu yang diutamakan yang paling baik hafalan dan bacaan Alqurannya. Kemudian apabila sebanding, maka yang paling mengerti sunnah Rasulullah saw. Kemudian kalau masih sama, maka dipilihlah yang paling tua atau dituakan. Inilah di antara contoh bagaimana memilih pemimpin dalam Islam, jangan memilih “kucing dalam karung” yang tidak diketahui asal usulnya.
Ikhwatu Ieman Rohimakumulloh,
Dalam kehidupan organisasi yang lebih luas lagi, lazimnya dalam memilih pemimpin ini dengan sistem musyawawah. Penjabaran dari musyawarah ini adalah yang teknisnya sistem aklamasi atau musyawarah mufakat, penunjukkan, perwakilan, pemilihan dengan pemungutan suara dan seterusnya yang disepakati. Karena secara teknis bersifat ijtihadiyah tergantung teknis yang dianggap maslahat dan terbaik. Mengenai pentingnya posisi, peran dan fungsi pemimpin dalam sistem imamah, dalam Alquran ditegaskan:
۞وَإِذِ ٱبۡتَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِۧمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٖ فَأَتَمَّهُنَّۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامٗاۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِيۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهۡدِي ٱلظَّٰلِمِينَ ١٢٤
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia’. Ibrahim berkata: ‘(Dan saya mohon juga) dari keturunanku’. Allah berfirman: ‘Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim’. “ (QS. Al-Baqarah [2]:124).
Sedangkan imarah dapat dipahami sebagai kekuasaan, kewenangan dan kewilayahan yang dimiliki oleh seorang amir, imam atau pemimpin. Sebagai pemimpin tentu memiliki kewenangan yang melekat sesuai dengan kedudukan atau peraturan yang disepakati. Misalnya dalam sistem kerajaan, wewenang pemimpin itu sangat besar bahkan cenderung mutlak. Tetapi dalam sistem demokrasi, republik atau presidensil misalnya di Indonesia, kewenangan atau kekuasaan pemimpin itu dibatasi dengan aturan sehingga tidak sewenang-wenang dalam memerintah atau menentukan kebijakan.
Ikhwatu Ieman Rohimakumulloh,
Dalam lingkup Jamiyah Persatuan Islam (Persis) disepakati bahwa berimamah dan berimarah berbentuk bunyanun marshush seperti dicontohkan Rasulullah saw (QA Persis Pasal 4). Bunyanun marshush adalah suatu bangunan yang kokoh dan kuat sebagai ilustrasi dari hidup berjamaah dan berjamiyah di bawah bimbingan Alquran dan Assunnah. Seperti halnya bangunan gedung yang kokoh dan menjulang tinggi sampai mencakar langit. Tentu ada bagian fondasi yang kokoh, tiang, tembok atap, genting dan sebagainya yang saling mengokohkan. Itulah ibarat organisasi yang tersusun rapi sebagaimana digambarkan Alquran:
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِهِۦ صَفّٗا كَأَنَّهُم بُنۡيَٰنٞ مَّرۡصُوصٞ ٤
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh” (QS. Ash-Shaaff [61]:4).
Jamiyah Persatuan Islam menghendaki dalam sistem imamah dan imarah ini sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw. Kalau kita berkaca pada Alquran, Sunnah maupun Sirah Nabawiyah, bahwa sistem kepemimpinan yang dijalankan oleh Rasulullah saw adalah yang terbaik. Seorang pemimpin selain adil, amanah dan memiliki ketegasan, juga tentunya sangat memperhatikan da aspiratif terhadap saran dan masukan dari rakyatnya. Misalnya ketika akan terjadi perang Khandak, maka Rasulullah saw menerima usulan dari Sahabat Salman Al-Farisi untuk membuat parit (khandak) sebagai stragegi peperangan. Ternyata dengan strategi ini cukup efektif untuk menghalau dan mengalahkan musuh – dan tentunya juga dibantu dengan pertolongan dari Allah Swt. Dalam menentukan hal-hal yang sangat strategis demi kepentingan dan kemaslahatan umat, Rasulullah saw suka memanggil para sahabat dekatnya untuk bermusyawarah. Kemudian menentukan keputusan yang terbaik sesuai hasil musyawarah tersebut. Inilah di antara contoh kepemimpinan Rasulullah saw sebagai ditegaskan dalam Alquran:
فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ ١٥٩
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (QS. Ali-‘Imran [3]:159).
Kemudian jika hasil musyawarah itu sudah menjadi keputusan, maka ketika imam atau pemimpin menginstruksikan, mesti dilaksankan. Karena menurut tuntunan Alquran pun bahwa perintah pemimpin itu mesti ditaati sepanjang tidak bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, atau bukan perkara yang maksiat. Hal ini pun ditegaskan dalam Alquran:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا ٥٩
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An-Nisaa’ [4]:59).
Ikhwatu Ieman Rohimakumulloh,
Kemudian yang terpenting dari sistem imamah dan imarah menurut Islam adalah bagaimana menjadikan Alquran dan Assunah sebagai pemimpin yang mesti ditaati dengan sebaik-baiknya. Karena dalam ayat tersebut pun ditegaskan, bahwa apabila terjadi perselisihan dan pertentangan, maka kembalikanlah kepada petunjuk dan bimbingan dari Allah yakni Alquran, dan Rasul yakni Sunnah. Oleh karena di antara misi dakwah Persis yang paling utama adalah mengembalikan kehidupan umat kepada bimbingan Alquran dan Assunnah, yakni Arruju ilaa Al-Qur’an wa Al-Sunnah”. Karena dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Kitab Al-Muwaththa’ disebutkan, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Telah aku tinggalkan bagimu dua perkara, yang tidak akan tersesat kamu selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya”. Maka semboyan yang ditampilkan oleh Jamiyah Persis adalah ayat Alquran surat Ali-‘Imran [3] ayat 103 yang memerintahkan supaya berpegang teguh kepada tali agama Allah (Islam) dan jangan bercerai-berai. Allah Swt berfirman:
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ١٠٣
Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (QS. Ali-‘Imran [3]:103).
Ikhwatu Ieman Rohimakumulloh,
Demikian taushiah yang dapat disampaikan, semoga bermanfaat dan berfaedah untuk kita semua. Juga berharap, semoga dengan berimamah dan berimarah di Jamiyah Persatuan Islam, kita dapat mengamalkan Islam dengan sebaik-baiknya juga dapat mendakwahkan Islam Rahmatan lil-‘alamien yang berpedoman kepada Alquran dan Assunnah di muka bumi demi mencapai kebahagiaan di dunia maupun akhirat. Mari ditutup dengan doa:
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
الله يٲخذ بٲيدينا ٳلى ما فيه خير للٳسلام و المسلمين
اقول قولى هذى و استغفر الله لى و لكم
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته