persisjabar.or.id – Pesan Rasul, bila anda shaum maka harus pula mempuasakan telinga atau pendengaran anda. Ramadhan melatih kita agar mampu memanage telinga. Ya betul sekali, telinga itu perlu diatur. Jangan segala didengarkan. Jauhkanlah telingan anda dari mendengarkan ucapan-ucapan yang bernada kekufuran, kemaksiatan, fujur, rofast, menista agama, perkataan dusta dan segala perkataan yang tidak bermanfaat lainnya. Dina bulan Romadhon mah kudu tiis ceuli herang panon ceuk urang Sunda mah.
Telinga merupakan anggota tubuh yang sangat strategis bagi manusia. Telinga disebut oleh Alloh di urutan pertama yang akan dimintai pertanggungjawabannya, sebagaimana disebutkan dalam QS: Al-Isra : 36. “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
Sebelum mempunyai kemampuan membaca, manusia memperoleh informasi melalui pendengaran. Jika diperhatikan frekuensi penggunaannya, pendengaran digunakan lebih sering daripada penglihatan, Kegiatan mendengar dan/atau mendengarkan dimulai sejak orang wake up sampai menjelang tidur. Dalam keadaan gelap, pendengaran tetap dapat digunakan, sedangkan penglihatan tidak.
Dalam kenyataan, cukup banyak orang menghadapi masalah besar akibat gagal paham yang disebabkan oleh buruknya pendengaran. Keadaan yang demikian terjadi tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu.
Abu Thalib (paman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) ketika dalam keadaan sakaratul maut mendengar ajakan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam agar mengucapkan kalimat, “Laa ilaha illallah.” Namun, dia tidak mau mengucapkannya sampai meninggal. Dia lebih mendengarkan kata-kata Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah.
Pemerintah dan anggota DPR RI atau DPRD seringkali tidak bisa menunaikan amanahnya hanya gara-gara tidak mampu mendengar aspirasi dan curhatan rakyatnya. Mereka menutup telinganya sehingga digelari oleh Alloh “summon bukmun umyun’ (pireu, torek, lolong).
Oleh sebab itu kita diajari do’a oleh Rosul : “Ya Allâh! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari buruknya pendengaranku, buruknya penglihatanku, buruknya lidahku, dan dari buruknya hatiku serta buruknya angan-anganku.” [HR. At-Tirmidzi]
Fungsi pendengaran dijelaskan dalam Alquran, di antaranya, dalam surat al-A’raf (7): 204
“Dan apabila dibacakan Alquran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu, Kami jadikan dia mendengar dan melihat. QS al-Insaan (76): 2-4
Dalam surat al-A’raf (7): 179 Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (MAF)