Kalau ditanya, kapan umat Islam lebih semangat beribadah? Mereka menjadi rajin shalat dan berdoa. Mereka giat membaca Alquran dan dzikir. Mereka lebih antusias mengerjakan kebajikan-kebajikan. Mereka menjadi lebih dermawan dan senang mengasihi orang lain. Mereka dapat mengendalikan syahwatnya dari kejelekan-kejelekan. Maka jawabannya adalah pada saat bulan Ramadhan.
Inilah spiritualitas Ramadhan. Betapa Ramadhan dapat menggenjot semangat ibadah umat. Mungkin umat Islam di luar Ramadhan ibadahnya biasa-biasa. Tetapi ketika datang bulan Ramadhan, ibadah mereka menjadi luar biasa. Sehingga masjid-masjid penuh dengan orang yang beribadah. Ceramah-ceramah keagamaan bergema di mana-mana. Bacaan Alquran, dzikir dan doa sangat khusyu’ dipanjatkan. Ramadhan benar-benar menjadi bulan spiritualitas yang meningkatkan amal ibadah dan amal shaleh umat Islam.
Oleh karena itu, betapa bahagianya kita selaku umat Islam ketika dapat berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan. Sekalipun mungkin kita sudah berkali-kali bersua dengan bulan Ramadhan, tetapi setiap kali akan berjumpa dengannya, jiwa ini rasanya merasa gembira dan bahagia. Karena masih diberi kesempatan untuk dapat bermesraan dengan bulan yang agung penuh rahmat dan ampunan. Inilah momentum yang sangat tepat untuk dapat meningkatkan dan melipatgandakan kualitas dan kuantitas ibadah dan amal shaleh.
Bukankah dalam suatu hadits diriwayatkan, bahwa ibadah wajib yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan pahalanya dilipatgandakan hingga 70 kali lipat. Ibadah sunat yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan pahalanya sama dengan ibadah wajib yang dilaksanakan di luar Ramadhan. Bahkan bisa saja ibadah yang dilakukan pada bulan Ramadhan ganjarannya tidak terbilang alias tidak terbatas. Karena dalam suatu hadits pun diriwayatkan, bahwa ibadah shaum pada bulan Ramadhan itu, kata Allah Swt, untuk-Ku dan Aku berhak untuk memberikan ganjarannya. Artinya, ganjaran shaum Ramadhan dan ibadah pada bulan Ramadhan kembali kepada kehendak dan kasih sayang Allah Swt. Boleh jadi pahalanya bisa berlipat-lipat hingga seratus atau seribu kali lipat.
Memang yang berhak memberikan pahala dari amal ibadah dan amal shaleh hamba adalah Allah Swt. Karena itu, dalam melaksanakan ibadah harus diniatkan ikhlas semata-mata mengharap ganjaran dan keridhaan dari Allah Swt. Secara umum, menurut beberapa keterangan ayat Alquran, bahwa pahala kebaikan itu dbalas sampai 10 kali lipat (‘asyru amtsaliha). Ada juga yang dibalas hingga 700 kali lipat, yaitu pahala dari infak dan sedekah. Bahkan ada juga yang tidak ditentukan jumlahnya saking besar pahalanya, yakni ibadah shaum dan ibadah-ibadah yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan.
Maka sungguh beruntung orang yang dapat bersua kembali dengan bulan agung penuh rahmat dan ampunan, yaitu bulan Ramadhan. Karena dapat dijadikan momentum untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah yang dijanjikan pahalanya berlipat-lipat ganda. Lebih-lebih kewajiban ibadah shaum pada bulan Ramadhan dan ibadah-ibadah lain yang mengirinya sebagai bukti keimanan dan yang akan mengantarkan pada derajat paling tinggi, yakni ketakwaan. Semua orang yang beriman, tentu menginginkan mencapai puncak tertinggi sebagai buah dari keimanan dan amal shalehnya, yaitu derajat takwa. Ini dapat dicapai dan diwujudkan dengan menjadikan bulan Ramadhan sebagai momentum meningkatkan spiritualitas ibadah, baik ibadah yang bersifat mahdhah (hubungan dengan Allah) maupun yang bersifat ghair mahdhah (hubungan dengan sesama manusia dan lingkungan).
Sebaliknya, sungguh akan rugi orang yang dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan, tetapi tidak dapat mengisi dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk beribadah kepada Allah Swt. Datang dan tidak datangnya Ramadhan, sedikit pun tidak berpengaruh pada peningkatan spiritualitas ibadahnya. Datangnya Ramadhan dianggap biasa-biasa saja dan tidak berdampak pada peningkatan kualitas dan kuantitas amal ibadah dan amal shaleh. Karena belum tentu tahun depan kita dapat bersua lagi dengan bulan agung Ramadhan. Karena siapa yang tahu batas umur manusia. Yang jelas umur dan kehidupan kita di dunia dibatasi dengan kematian alias maut.
Oleh karena itu, mumpung kita masih diberi kesempatan dapat berjumpa lagi dengan bulan suci Ramadhan 1446 H, mari jadikan momentum untuk meningkatkan spiritualitas ibadah kita kepada Allah Swt. Mari kita sucikan diri, tingkatkan amal ibadah dan amal shaleh selama bulan Ramadhan. Mudah-mudahan kita semua dapat meraih rahmat, ampunan dan keberkahan. Juga tentunya dapat mengantarkan pribadi-pribadi kita semua pada derajat yang paling mulia dan tinggi, yakni derajat ketakwaan. Wallahu A’lam Bish-Shawaab.
1 Comment
Alhamdulillah