Dalam hadits muttafaq alaih, Rosul menamai Ramadhan sebagai junnatun yang berarti tameng atau perisai. Perisai adalah alat untuk melindungi diri pada masa peperangan dari serangan musuh. Perisai mempunyai fungsi sebagai penahan segala kerusakan yang dikirim lawan pada kita. Pada masa lalu perisai digunakan untuk menahan berbagai macam senjata tajam seperti tombak, anak panah ataupun pedang.
Demikian juga Ramadhan berfungsi untuk melindungi diri dari serangan musuh bebuyutan manusia yaitu syetan. Syetan sesuai sumpah dan janjinya, mereka akan menyesatkan dan menggoda manusia. Maka ketika seseorang berpuasa, dia akan terlindungi dari godaan syahwat yang dihembuskan oleh syetan laknatulloh.
Menurut Ibnu Hajar al-Asqolani, junnatun itu tameng dan perisai dari tiga perkara;
Pertama, perisai dari api neraka. “Puasa itu perisai (penghalang), yang akan menghalangi seorang hamba dari api neraka.” Hadis ini dikuatkan oleh hadits riwayat Imam Nasa’i: “Puasa itu penghalang, selagi ia tidak dirusak.”
“Tidaklah seorang hamba yang berpuasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh tujuh puluh musim” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Kedua, Puasa sebagai perisai yang menjaga pemiliknya dari syahwat yang melukainya. Syahwat manusia yang begitu beringas dan sulit terkendali akan bisa diredam dengan berpuasa selama sebulan lamanya.
Ketiga, Puasa sebagai perisai dari melakukan dosa dan dari api neraka. Puasa dikatakan benteng dari melakukan dosa dan api neraka karena dengan berpuasa seseorang menahan dirinya dari ajakan syahwat di mana neraka diliputi oleh syahwat.
“Puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, maka ucapkanlah, ‘Aku sedang berpuasa” (H.R. Bukhari dan Muslim).