PERSISJABAR.OR.ID – Pimpinan Wilayah Himpunan Mahasiswi Persatuan Islam (PW Himi Persis) Jawa Barat menghadiri Musyawarah Daerah (Musda) X Himi Persis Garut yang digelar pada Sabtu 3 Mei 2025 di Gedung Pemuda Garut.
Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Ketua PW Himi Persis Jawa Barat, Siti Resa Mutoharoh, bersama jajaran tasykil lainnya, yakni Sekretaris Nuriah Siti Khofifah, Bidang Kajian Keilmuan Aas Siti Aisyah, Bidang Kominfo Neng Siti Maryam, dan Bidang Kaderisasi Kiran.
Dalam sambutannya, Siti Resa menyampaikan apresiasi atas kinerja Pimpinan Daerah Himi Persis Garut selama satu setengah tahun terakhir.
Ia menyoroti konsistensi PD Himi Persis Garut yang menjadi satu-satunya daerah yang secara rutin menerbitkan buletin organisasi.
“Saya sangat mengapresiasi capaian PD Himi Persis Garut yang tidak hanya menyelesaikan masa kepemimpinan dengan baik, tetapi juga menjadi satu-satunya PD yang aktif menerbitkan buletin secara konsisten,” kata Resa.
Lebih lanjut, Resa menuturkan terkait empat peran strategis yang harus diemban Himi Persis hari ini, mulai dari peran sebagai organisasi otonom Persatuan Islam (Persis), hingga keterlibatan aktif dalam isu-isu keperempuanan.
“Sebagai otonom Persis, Himi Persis harus memastikan dakwah berbasis Qur’an dan Sunnah hadir di lingkungan kampus. Saat ini baru lima PK (Pimpinan Komisariat) yang aktif di Garut. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kepemimpinan selanjutnya untuk memperluas basis dakwah di kampus-kampus lainnya,” ujarnya.
Sebagai organisasi mahasiswa, lanjut Resa, Himi Persis juga memiliki tanggung jawab sebagai penyambung lidah masyarakat kampus sekaligus agen perubahan. Ia menilai ekspresi reaktif tanpa analisis mendalam masih menjadi tantangan dalam gerakan mahasiswa saat ini.
“Perlu ada sikap kritis yang berdasar, bukan sekadar reaksioner dalam merespons isu kebangsaan,” tuturnya.
Tak kalah penting, Resa juga menggarisbawahi Himi Persis sebagai organisasi pengkaderan. Ia menyebut pengkaderan bukan hanya soal jumlah, tapi juga kualitas.
“PD Himi Persis Garut harus mampu melahirkan kader-kader unggul yang tak hanya melanjutkan estafet dakwah Himi Persis, tetapi juga siap merebut masa depan Persis secara lebih berkesinambungan,” ujarnya.
Terakhir, ia menyoroti urgensi keterlibatan Himi Persis dalam isu-isu keperempuanan. Menurutnya, kekerasan seksual masih menjadi persoalan serius di lingkungan pesantren, termasuk di Garut.
“Di Garut banyak pesantren yang memiliki potensi rawan terjadinya kekerasan seksual. Di sinilah Himi Persis harus hadir, minimal melalui advokasi. Ini menjadi peran penting organisasi keperempuanan,” pungkasnya.***