persisjabar.or.id – Sejatinya, sepanjang tahun kita bertempur dengan hawa nafsu. Banyak yang kalah terkapar dan kayaknya hanya sedikit saja yang menang. Kata Sufyan Al-Tsauri, “Tidak pernah aku menghadapi sesuatu lebih berat daripada nafsuku. Sekali aku menang, tetapi sekali lagi dia yang menang.”
Sumber nafsu itu berasal dari dua saja ; albatnu wama tahtal batni yakni alfarj (Perut dan yang di bawah perut yaitu kemaluan). Orang mati-matian tisuksruk tidungdung hulu jadi suku suku jadi hulu ceuk paribasana mah hanya untuk memenuhi dua kebutuhan biologis tersebut. Bahkan tidak sedikit orang yang mengabaikan halal dan haramnya. Sikat saja selama ada kesempatan.
Shaum Ramadhan melatih ummat Islam kaum beriman untuk mengerem agar bisa mengendalikan perut dan kemaluan tersebut. Tapi atas kebijaksanaanya, keduanya tidak dilarang secara total. Makan minum dan bersenggama hanya diatur waktunya. Target dari pengaturan itu adalah munculnya ketaatan dan ketakwaan.
Rosulullah SAW bersabda : “Seorang mukmin senantiasa berada di antara lima kesukaran, seorang
mukmin lainnya yang merasa iri kepadanya, seorang munafik yang membencinya, seorang kafir yang memeranginya, setan yang berusaha menyesatkannya, dan hawa nafsu yang menariknya ke arah keinginan yang buruk.”
Dalam hadis itu, beliau menjelaskan bahwa nafsu adalah musuh yang berusaha menariknya, dan karena itu diperlukan adanya perlawanan terhadapnya.
Diriwayatkan bahwa Allah Swt. telah mewahyukan kepada Daud a.s., “Hai Daud, ingatkanlah dan pertakutilah para pengikutmu dari mengikuti hawa nafsu. Sebab, mereka yang hatinya terkait pada syahwat-syahwat dunia, akal mereka pasti terhijab dari-Ku.”
Isa a.s. pernah berkata, “Berbahagialah siapa yang meninggalkan suatu keinginan nafsu yang hadir di depannya, demi sesuatu yang dijanjikan pahalanya, yang belum pernah dilihatnya.”
Telah bersabda Nabi kita Saw. kepada sekelompok kaum Muslim yang baru pulang dari medan jihad: “Selamat datang! Kamu sekalian pulang dari jihad yang kecil menuju jihad yang lebih besar.” Para sahabat bertanya, “Apa itu jihad yang lebih besar, ya Rasul?” Rasul menjawab, “Jihad melawan hawa nafsu.”
Sabda beliau pula: “Selamatkanlah dirimu dari gangguan nafsumu, dan jangan mengiku kecenderungannya dalam bermaksiat kepada Allah Swt. Jangan sampai dirimu memusuhimu pada Hari Kiamat kelak, sehingga sebagian dari dirimu melaknat sebagiannya yang lain, kecuali Allah Swt. Mengampuni dan menutupi hal itu”.
Oleh sebab itu marilah kita terus melatih melawan nafsu angkara murka melalui shaum Ramadhan ini.