إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه, أَمَّا بَعْدُ فقال الله تعالى فى القرٲن العظيم ٲعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم : لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
الله أكبر الله أكبرلاٳله الا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Ikhwatu Ieman Jamaah Shalat Idul Adha Rohimakumulloh,
Pada perayaaan Idul Adha atau Idul Qurban, kita dianjurkan untuk mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Allah SWT. Juga kita diperintahkan untuk melaksanakan shalat Id (shalat hari raya) dua rakaat dan mendengarkan khutbah. Setelah itu bagi yang sudah mampu dan memiliki niat dilanjutkan dengan melaksanakan prosesi penyembelihan hewan kurban sebagai bentuk pengabdian dan kepatuhan total kepada Allah SWT. Kemudian dagingnya dibagikan kepada semua orang sehingga semuanya merasakan kebahagiaan pada saat Hari Raya Idul Adha.
Inilah prosesi perayaan Idul Adha yang saban tahun kita rayakan. Secara serimonial memang demikian yang diperintahkan dan dicontohkan berkenaan dengan perayaan Idul Adha. Bahkan dalam suatu riwayat dikatakan, bahwa amalan yang paling utama pada saat itu adalah penyembelihan hewan kurban. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Tidak ada amal yang dikerjakan oleh anak Adam pada Hari Raya Kurban yang lebih Aku sukai selain dari menumpahkan darah (berkurban). Sungguh hewan kurban yang dijadikan kurban itu pada hari kiamat nanti akan datang dengan tanduk-tanduk, kuku-kuku, dan bulu-bulunya. Sungguh darah hewan kurban itu sudah ditempatkan di suatu tempat oleh Allah SWT sebelum jatuh di atas tanah (dan akan menjadi minyak wangi), sehingga badan mereka (yang berkurban) akan semerbak mewangi” (HR. Ibnu Majah dan At-Tirmidzi).
الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Ikhwatu Ieman Jamaah Shalat Idul Adha Rohimakumulloh,
Sedangkan secara substansial, kurban bukan sekedar penyembelihan dan pembagian daging hewan kurban. Karena kalau sebatas itu, berarti dengan selesainya prosesi penyembelihah hewan kurban, selesai sudah pelaksanaan ibadah tanpa meninggalkan bekas. Tentu yang diharapkan tidak sebatas itu. Oleh karena itu, perlu ada penggalian makna yang mendalam dari pelaksanaan kurban. Karena tidak mungkin Allah SWT mensyariatkan kurban tanpa ada makna yang terkandung di dalamnya untuk kehidupan. Sehingga semangat kurban ini senantiasa hidup dalam setiap pribadi Muslim, lebih-lebih pada orang yang menunaikan kurban.
Apalagi kalau dilihat dari sejarah disyariatkannya kurban untuk pertama kalinya. Yakni ketika Nabi Ibrahim as diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih putra yang sangat dicintainya Ismail lewat wahyu yang disampikan melalui mimpi. Pada awalnya Ibrahim merasa berat dan ragu untuk melaksanakannya. Tetapi ketika perintah ini disampaikan kepada putranya, dengan penuh ketulusan dan kesabaran, putranya Ismail menerimanya dan memerintahkan kepada ayahnya supaya segera melaksanakan perintah Allah tersebut. Bahkan dia menganjurkan kepada ayahnya, bahwa pada saat prosesi penyembelihan supaya menggunakan pisau yang tajam dan penutup mata agar tidak ada keraguan dalam melaksanakannya. Inilah prosesi kurban yang sangat mendebarkan dan momumental untuk pertama kalinya, sebagaimana firman Allah SWT:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٠٢
Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’” (QS. Ash-Shaffat/37:102).
Dalam ayat selanjutnya diterangkan, bahwa perintah ini sejatinya sebagai ujian untuk menguji sejauh mana keimanan dan ketaatan Ibrahim dan putranya Ismail terhadap perintah-perintah Allah. Apakah kecintaannya kepada putranya akan mengalahkan ketaatan kepada Allah? Ternyata Ibrahim dan putranya Ismail telah lulus dalam ujian. Sehingga sembelihannya diganti dengan domba yang gemuk. Dari sinilah awal mula disyariatkannya penyembelihan hewan kurban hingga sekarang dan sampai akhir zaman.
الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Ikhwatu Ieman Jamaah Shalat Idul Adha Rohimakumulloh,
Di sinilah makna utama kurban. Maknanya, bahwa kurban bukan semata-mata mempersembahkan sembelihan kurban, tetapi yang paling utama adalah nilai kepatuhan, ketundukkan dan keikhlasan yang tercermin dari sifat ketakwaan orang yang berkurban. Maka yang menjadi nilai di sisi Allah bukan daging dan darah kurbannya, tetapi nilai ketakwaan yang terdapat di dalamnya. Allah SWT berfirman:
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٣٧
Artinya: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-Hajj/22:37).
الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Ikhwatu Ieman Jamaah Shalat Idul Adha Rohimakumulloh,
Maka kata Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab Minhajul Muslim, bahwa sekurangnya ada empat makna yang dapat diambil pelajaran dari pelaksanaan kurban, yaitu:
Pertama, sebagai bentuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Sesuai dengan namanya, qurban yang berarti mendekatkan. Dalam arti mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Salah satunya dengan melaksanakan penyembelihan hewan kurban sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT. Maknanya bahwa sepanjang hidup, kita harus berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan ibadah dan menjauhi maksiat. Sehingga apabila kita sudah dekat dengan Allah, maka Dia akan senantiasa melindungi dan menolong kita dalam segala aspek kehidupan. Allah SWT berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِي سَيَدۡخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ ٦٠
Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’.” (QS. Al-Mu’min [40]:60).
Kedua, menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim as sebagai Imamul Muwahhidin (Pemimpin Yang betauhid). Karena syariat kurban memang berawal dari pelaksanaan kurban yang dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim as dan putranya Nabi Ismail as. Juga Ibrahim benar-benar di antara rasul yang mendapatkan ujian terberat dalam mempertahankan Tauhidnya. Sampai-sampai beliau dimusuhi oleh ayahnya sendiri, raja Namruz, dan kaumnya, sampai-sampai dia dibakar hidup-hidup, tetapi langsung diselamatkan oleh Allah SWT. Dengan demikian, berarti kita harus dapat mempertahankan Tauhidullah ini sepanjang hayat meskipun banyak cobaan dan godaan yang menimpa. Allah SWT berfirman:
سَلَٰمٌ عَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ ١٠٩ كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١١٠ إِنَّهُۥ مِنۡ عِبَادِنَا ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ١١١
Artinya: “Selamat sejahtera bagi Ibrahim; Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik; Sungguh dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman” (QS. Al-Shaffat [37]:109-111).
الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Ikhwatu Ieman Jamaah Shalat Idul Adha Rohimakumulloh,
Ketiga, meluaskan kasih sayang pada hari raya. Dengan penyembelihan hewan kurban dan dagingnya dibagikan kepada semua orang, berarti kita telah membina kepedulian dan kesetiakawanan sosial antar sesama. Juga sebagai bentuk syiar agama Allah yang harus dirayakan dan dirasakan kemanfaatannya oleh semua orang. Berarti kita dalam hidup ini harus membina dan mempertahankan budi pekerti yang baik dalam rangka membina hubungan yang harmonis antar sesama dan lingkungan tempat kita tinggal sebagai wujud dari ketakwaan kita kepada Allah SWT. Dalam Alquran Allah SWT berfirman:
ذَٰلِكَۖ وَمَن يُعَظِّمۡ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقۡوَى ٱلۡقُلُوبِ ٣٢
Artinya: “Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa yang mengagungkan syiar-syair Allah maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati” (QS. Al-Hajj [22]:32).
Keempat, mensyukuri nikmat Allah SWT yang telah menundukkan binatang ternak untuk dikurbankan. Tentunya terlalu banyak nikmat Allah yang dianugerahkan kepada kita selaku manusia. Kewajiban kita bukan menghitung-hitung nikmat tersebut, karena tidak mungkin akan terhitung. Tetapi kewajiban kita adalah mengsyukurinya dengan cara meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Binatang ternak sudah menjalankan tugasnya untuk disembelih dan dikonsumsi oleh manusia. Sekarang bagaimana kita dalam menjalankan tugas untuk beribadah kepada Allah SWT, apakah sudah benar-benar dijalankan? Dengan demikian, bukti kita bersyukur atas nikmat Allah SWT itu adalah mengoptimalkan melaksanakan tugas kita untuk beribadah kepada-Nya sesuai dengan tujuan diciptakan manusia di muka bumi ini. Allah SWT berfirman:
وَٱلۡبُدۡنَ جَعَلۡنَٰهَا لَكُم مِّن شَعَٰٓئِرِ ٱللَّهِ لَكُمۡ فِيهَا خَيۡرٞۖ فَٱذۡكُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ عَلَيۡهَا صَوَآفَّۖ فَإِذَا وَجَبَتۡ جُنُوبُهَا فَكُلُواْ مِنۡهَا وَأَطۡعِمُواْ ٱلۡقَانِعَ وَٱلۡمُعۡتَرَّۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرۡنَٰهَا لَكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ٣٦
Artinya: “Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya. Maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam Keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur” (QS. Al-Hajj [22]:36).
الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Ikhwatu Ieman Jamaah Shalat Idul Adha Rohimakumulloh,
Demikian di antara makna kurban bagi kehidupan. Sebagai ritual ibadah, kurban ini mesti dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Alquran dan Assunnah sehingga menjadi ibadah yang maqbul (diterima) di sisi Allah SWT. Juga dari aspek muamalah, kurban juga sebagai syiar yang harus dirayakan dengan senantiasa mengagungkan Allah SWT dan dirasakan dengan membagikan daging hewan kurban kepada semua lapisan masyarakat. Kemudian lebih dari itu, ibadah kurban bukan sebatas ritual dan syiar, tetapi esensinya dapat hidup dan bermakna bagi kehidupan. Di antaranya dengan perayaan dan penyembelihan hewan kurban mudah-mudahan dapat menambah rasa taqarrub, syukur, ikhlas dan pasrah serta menumbuhkan jiwa kurbani dalam upaya meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Aammin ya Mujibassailin.
Mari kita tutup dengan doa:
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
ألله يأخذ بأيديناٳلى ما فيه خيرللٳسلام و المسلمين
اقول قولى هذى و استغفر الله لى و لكم
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
