إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه أَمَّا بَعْد
فقال الله تعالى فى القرٲن العظيم ٲعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم
وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ
Ikhwatu Ieman Rohimakumulloh,
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Tuhan seru sekalian alam. Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kita semua masih diberi kesempatan dan kekuatan untuk selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt dengan cara berusaha melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sehingga mudah-mudahan kita semua senantiasa mendapat ridha, maghfirah dan keberkahan dari sisi Allah Swt. Aammin…
Ikhwatu Ieman Rohimakumulloh,
Di antara pokok-pokok ajaran Islam yang perlu dipahami, bahwa Islam membawa misi rahmatan lil-‘alamin, yang sering diartikan menjadi rahmat bagi semesta alam. Ini merupakan konsep besar dan ideal ajaran Islam yang mesti diwujudkan dalam realitas kehidupan sehari-hari. Dalam Al-Quran Allah Swt berfirman:
وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiyaa [21]:107).
Ikhwatu Ieman Rohimakumulloh,
Berdasarkan ayat ini, di antara keunggulan kerasulan Rasulullah saw dibandingkan dengan rasul-rasul atau nabi-nabi sebelumnya, bahwa mereka diutus untuk lingkup kaumnya, sedangkan Nabi Muhammad saw diutus untuk seluruhnya, bukan hanya manusia tetapi seluruh makhluk yang berada di alam semesta ini. Tidak ada seorang pun yang dijuluki rahmat kecuali Rasulullah saw, sehingga kepribadiannya mencerminkan kasih sayang, cinta kasih, dan kelembutan kepada siapapun. Inilah sifat kerasulan Muhammad saw yang membawa rahmat bagi semesta alam.
Seiring dengan sifat kerasulannya, maka ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw membawa misi menjadi rahmat bagi semesta alam. Meskipun Islam itu lahir di negeri Arab, tetapi kehadiran Islam membawa berkah dan kedamaian bagi seluruh alam semesta. Karena itu ajaran Islam bersifat universal dan dikatakan shalih li kulli al-zaman wa al-makan, senantiasa relevan untuk setiap zaman dan tempat. Islam telah berhasil membawa umat manusia ke dalam suatu kondisi perubahan, kemajuan, dan pencerahan yang disinari dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Islam telah sukses mengangkat harkat dan martabat manusia menuju kehidupan yang memiliki peradaban tinggi di bawah nilai-nilai yang islami dan manusiawi.
Oleh karena itu, dalam konteks lebih luas lagi, rahmat bukan sekedar kasih sayang, namun juga perbaikan peradaban. Dalam periode kerasulannya selama 23 tahun, Rasulullah saw sudah mampu mempraktekkan Islam yang rahmatan lil-‘alamien dengan mengkader individu-individu dan kelompok masyarakat dengan landasan keimanan yang kuat dan mengimplementasikan rancang bangun peradaban. Misalnya dalam berbagai perjanjian dengan kaum Quraisy, Rasul memprioritaskan nilai-nilai perdamaian dan mencari solusi terbaik untuk kebaikan bersama.
Sehingga dengan misi rahmatan lil-‘alamien ini, berarti Nabi Muhammad saw adalah pembawa misi perdamaian. Maka umatnya pun harus menjadi pelopor penciptaan perdamaian di muka bumi. Jangan sebaliknya, malah di antara umat Islam ada yang merusak prinsip-prinsip perdamaian dengan melakukan kekacauan, kerusuhan, anarkisme, pemboman di tempat umum dan rumah ibadah, unjuk rasa yang merusak dan bahkan menghilangkan nyawa, melakukan pungli, korupsi, kolusi, dan nepotisme. Semua perilaku negatif ini telah menjadi akar penderitaan dan sangat merugikan bangsa Indonesia. Lebih dari itu, ia telah merusak kehidupan damai yang selama ini diperjuangkan dan cita-citakan untuk dapat diwujudkan dalam kehidupan.
Ikhwatu Ieman Rohimakumulloh,
Dalam konteks ini perlu dipahami, bahwa Islam adalah agama damai. Karena itu, nama agama ini tidak disandarkan kepada nama nabinya Muhammadisme, atau nama tanah kelahirannya Arabisme, ataupun isme-isme yang lainnya. Tetapi namanya agama Islam yang berarti selamat, aman, tentram, sejahtera, dan damai. Jadi substansi ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw menghendaki terwujudnya perdamaian dan kedamaian. Ini dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, baik sebelum maupun setelah menjadi Nabi.
Misalnya ketika terjadi perselisihan antar kabilah di suku Quraisy tentang siapa yang berhak memindahkan Hajar Aswad ke tempat semula. Maka yang berhasil mendamaikan adalah Muhammad yang masih pemuda, dengan membentangkan kain sorban yang ujung-ujungnya dipegang oleh pemimpin kabilah. Kemudian Hajar Aswad disimpan di atasnya lalu digotong bersama untuk memindahkan batu tersebut ke tempatnya semula. Akhirnya mereka merasa puas dan perselisihan dapat diatasi dengan baik. Juga ketika Muhammad saw sudah menjadi nabi, dia banyak melakukan perjanjian-perjanjian dengan berbagai suku, kabilah, bahkan penganut agama lain untuk menciptakan perdamaian. Yang terkenal misalnya Perjanjian Hudaibiyah dan Piagam Madinah yang dapat mengakomodir semua kepentingan elemen masyarakat dan Beliau sendiri tetap komitmen dan konsekwen untuk melaksanakannya.
Juga ketika Rasulullah saw menjadi pemimpin negara Madinah, Beliau membangun komunitas Muslim yang terdiri dari kelompok Muhajirin dan Anshar berdampingan dengan komunitas agama lain seperti Yahudi, Nasrani, dan Shabi’in. Untuk menyatukan semua kepentingan, Rasul membuat Piagam Madinah (Mitsaq al-Madinah). Prinsip-prinsip membangun masyarakat majemuk terjamin di dalamnya, seperti larangan membunuh, kebebasan beragama, kebebasan masyarakat untuk berpendapat, perlindungan harta benda, kerja sama membangun masyarakat dan saling membantu di saat terjadi peperangan ataupun mengalami penderitaan. Sehingga para pakar keislaman menyebutkan, bahwa inilah konstitusi modern pertama yang jauh lebih modern dari zamannya.
Kemudian dalam peristiwa Fathu Mekkah (pembebasan Mekkah) yang sangat fenomenal dalam sejarah Islam, karena tanpa peperangan dan cucuran darah, Kota Mekkah bisa ditaklukkan dengan penuh kedamaian. Dapat dilihat bagaimana keramahan Islam dipraktekkan, ketika Nabi saw mengedepankan sikap kesatria dan terpuji dengan tidak menonjolkan sikap ego sebagai pemenang. Sebagai pihak pemenang yang bisa berbuat apa saja karena kekuasaan di genggamannya, Rasul justru memberi amnesti (pengampunan masal) kepada pemuka dan penduduk Mekkah yang pada masa sebelumnya hendak membunuh, mengusir, dan menganiaya sahabat-sahabat Rasul. Memaafkan di saat kemenangan sudah diraih mencerminkan kebesaran jiwa yang tidak dikotori oleh dendam dan dengki. Dalam hal ini, Rasul mewariskan suatu teladan mengenai kebaikan, kemanusiaan, keteguhan menepati janji serta bersikap adil.
Ikhwatu Ieman Rohimakumulloh,
Kemudian lebih konkrit lagi di Indonesia, mengapa bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan dan menyuarakan kemerdekaan bagi bangsa-bangsa lain yang masih dijajah, misalnya sekarang pun terus membantu perjuangan kemerdekaan bangsa Palestina. Karena kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, dan oleh karena itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan, sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Karena itu bangsa Indonesia terus memperjuangkan ketertiban dan perdamaian abadi supaya benar-benar tercipta di muka bumi. Kemudian ketika terjadi konflik yang mengarah ke disintegrasi bangsa, misalnya kasus Aceh dapat diselesaikan dengan Perjanjian Damai Helsinki, sehingga Aceh masih tetap di bawah NKRI. Juga kasus konflik Poso, pemerintah Indonesia menyelesaikannya juga dengan Perjanjian Damai Malino I dan Malino II, sehingga konflik bernuansa SARA tersebut dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Jadi bangsa Indonesia pun sangat mengutamakan perdamaian demi kemaslahatan bersama dan keutuhan bangsa Indonesia.
Dengan demikian, rahmat yang menjadi misi kerasulan dan dakwah Rasulullah saw bersifat universal, artinya bukan hanya untuk negeri Arab saja, tetapi untuk seluruh negeri yang disinari risalah dakwah Islam; dan bukan hanya makhluk manusia saja, tetapi juga seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini. Dalam Tafsir Al-Maraghi disebutkan, bahwa diutusnya Rasulullah saw dengan membawa risalah dan syariat Islam untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat, tujuannya tiada lain untuk mewujudkan rahmat dengan petunjuknya dalam segala sendi kehidupan. Juga menariknya, bahwa pada ayat sebelumnya disebutkan bahwasannya bumi ini akan diwariskan kepada hamba-hamba yang shaleh. Menurut sebahagian Mufassirin, bahwa hamba-hamba yang shaleh itu adalah umat Nabi Muhammad saw yang sanggup membumikan misi Islam yang rahmatan lil-‘alamîn dalam segala aspek kehidupannya. Allah Swt berfirman:
وَلَقَدۡ كَتَبۡنَا فِي ٱلزَّبُورِ مِنۢ بَعۡدِ ٱلذِّكۡرِ أَنَّ ٱلۡأَرۡضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ ٱلصَّٰلِحُونَ إِنَّ فِي هَٰذَا لَبَلَٰغٗا لِّقَوۡمٍ عَٰبِدِينَ
Artinya: “Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur setelah tertulis dalam Az-Zikr (Lauh Mahfudz), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba yang shaleh. Sungguh (apa disebutkan) di dalam (Al-Quran) ini, benar-benar menjadi petunjuk (yang lengkap) bagi orang-orang yang menyembah (Allah)” (QS. Al-Anbiyaa [21]:105-106).
Ikhwatu Ieman Rohimakumulloh,
Demikian taushiah yang dapat disampaikan, mudah-mudahan ada manfaat dan faedahnya untuk kita semua. Dengan harapan, mari kita bersama-sama untuk membumikan Islam Rahmatan Lil-‘Alamin dalam upaya membangun kehidupan dan peradaban yang disinari dengan nilai-nilai keislaman yang berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah di Bumi Pasundan atau di Bumi Nusantara yang kita cintai ini. Mari kita tutup dengan do’a:
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
اقول قولى هذى و استغفر الله لى و لكم
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Catatan:
Materi dakwah ini diambil dari Buku Mendakwahkan Islam Rahmatan Lil-‘Alamin di Bumi Pasundan yang diterbitkan oleh PW Persis Jabar.